Kamis, 07 Mei 2009

lelaki menangis itu

Apa daya seorang lelaki terkulai lemah tatkala segala apa yang dimilikinya hilang seketika. Tiba-tiba alur kehidupannya berubah, citanyapun goyah. Dahulu ia adalah seorang kaya dan memiliki istri cantik yang sangat dicintainya, semua orang dikampungnya terkagum-kagum dengan rumah dengan berderet-deret mobil memenuhi halaman rumahnya yang luas. Untuk ukuran hidup mewah ia mampu membelinya. Ia adalah seorang pria muda yang terbilang sukses. Konon harta yang didapatkannya itu hasil dari usahanya yang pantang menyerah, walau terseot-seot berusaha ia tetap melangkah, setitik demi setitik Tuhanpun berkenan menyegerakan kenikmatan yang didambanya. Setelah berdoa siang dan malam. Diusianya yang ke-25 tahun, ia telah memimpin sebuah perusahaan tekstil yang cukup besar yang namanya amat dekat dengan telinga masyarakat. Iapun menikah dengan anak tunggal pemilik perusahaan tekstil terbesar juga, kekayaannya semakin berlimpah, sayang seribu sayang bapak dan ibunya tak sempat menikmati kesuksesannya, karena telah lebih dulu dipanggil Sang Penguasa Jagad Raya ini. Yang tentu saja keduanya tak memerlukan materi duniawi lagi, melainkan hanya setungkai doa dari anak yang selama ini telah dididiknya penuh kasih sayang dan pengajaran ilmu agama.

Hari-harinya dilalui dengan kepuasan dan ia telah merasa cukup dengan apa yang didapatkanya, ia tak peduli lagi kekuasaan Allah, SWT. Bahkan tak mengindahkan lagi perintahnya, namun ia terus larut dalam bubuk kopi yang hitam pekat dunianya. Shalat terabaikan , zakat enggan ia keluarkan, bersilaturahmi ke tetangga dan kerabat dekat sidah mati dalam kamusnya. Lalu ia hanya sibuk mendongak limpahan hartanya kemudian peran syaitan menjadi-jadi tatkala anak yang selama ini didamba-dambakan akhirnya lahir dengan sehat, menjadi bayi montok yang menggemaskan.

aduhai celaka nian lelaki ini, ia tertawa dalam sunyi dikala titik kesombongan menari-nari dalam benaknya..

---“semua karena aku…semua karena aku…ha…ha…”

Sikap lembutnya telah dihempas gelombang kesombongannya, rasa ibanya tertendang oleh kecongkakan dirinya, berkali-kali ia menganiaya orang jika ia tak suka, ia mengusir pengemis yang datang kerumahnya dengan kasar, bahkan orang lainpun ia tulari penyakit syetan itu. Lalu. Kemana? Doa tulus yang sekarang dibutuhkan ayah dan ibunya?, kemana segelumit harapan tatkala doanya belum terjamah dulu, katanya ia ingin berbagi, ia ingin tertawa riang bersama anak anak yatim, bahwa ia akan sujud dan menangis lagi diatas sajadah panjang mewahnya.

Ah.. semua hanya dusta, itulah dia. Lelaki yang melupakan dirinya sendiri, lelaki yang tak pantas duduk diatas permadani lembut yang berjuta indahnya.

Ia pantas berada dalam ruang hampa seperti ini, pantasnya ia diam merenungi kesalahannya selama ini, ketika segala yang dibanggakannya telah lenyap tak bersisa, dihempas badai dan banjir. Istrinya hanyut, anaknya hanyut, surat-surat pentingnya hanyut dan rumah mewahnya telah rata dengan tanah, tak beberapa lama selang waktunya terjadi didepan matanya pabrik-pabriknya hangus terlalap jago merah, iapun harus membayar banyak utang dan kerugian lainnya.

Akhirnya sekarang ia duduk sendiri sembari menatap langit dan iapun menangis,

namun langit seakan berkata “ jangan menoleh kepadaku, dasar sombong”.

“ ia lelaki pecundang yang menangis kehilangan harta tapi sewaktu ia kehilangan keimanan ia malah tertawa riang dalam pesta pora”

Teringat, subuh itu disaat ia dan istrinya tertidur pulas, walau teringat akan shalat yang selama ini terabaikan , ia hanya membolak balikkan badan diatas kasur empuknya kemudian tertidur lagi.

Dilain tempat, ada lagi lelaki aneh, kali ini ia berpenampilan serba mewah, ia berdiri diatas catwalk berlenggang bersama wanita wanita cantik nan seksi, suara tepuk tangan menyambut langkahnya, suara teriakan riuh rendah digedung besar itu. Iapun amat bangga pada dirinya, setelah pertunjukan busana usai. Dapat dengan mudah ditebak profesinya adalah model kelas atas, berupa menawan. Mahkluk cantik tak segan-segan mendatanginya meminta seonggok cintanya. Ia hanya menanggapi seadanya lalu mencampakkannya begitu saja diruang ganti ia tanpak puas namun tak bermakna seakan guratan kepuasannya itu hanya sebuah gambar hambar dipelangi hatinya, setelah beberapa saat dapat tertebak langkah kucainya mengatakan ia sedang bermuram, ia miliki problema hati yang mengganggu. Seakan ia tak miliki semangat hidup, matanya sayup, ternyata hatinya tak setegar tubuhnya yang kekar, nampaknya ia masih kurang bersyukur akan limpahan karunia Allah kepadanya.

Benar karena posisi yang didamba banyak pria telah ia sandang sekarang yaitu harta dan ketenaran. Ia kembali kerumah dengan acuh, diusia muda itu harusnya ia dinamis dan enerjik, setidaknya mengeluarkan pesona keriangan yang ada, namun ia bahkan dari seorang lelaki lemah. Ada guncangan yang memaksanya untuk itu.

Dikamar berulang kali ia membaca surat berwarna merah jambu, surat dari mantan pacarnya yang tiba-tiba saja pergi meninggalkannya. Ia sangat menyayanginya. Semua siklus itu dilakukannya berkali-kali, hingga derap-derap tenaganya terkikis oleh lemah hatinya. Ia sedih, sakit hati bahkan menghujat Tuhan telah tidak adil

“baru saja aku jatuh cinta dan menyayangi seorang gadis setelah sekian lama melanglang buana mencari cinta , tapi setelah kutemukan Tuhan tak mau memberikannya padaku ohh..Tuhan engkau sangat tak adil. Seolah tak ada lagi persediaan tenaga setelah ini ia lalu menangis. Ah seorang lelaki menangis hanya karena seorang wanita yang tak jelas.

Hey…dia lelaki aneh , ia menangis karena ditinggal kekasihnya bukan karena tangis syukur setelah begitu banyak karunia Allah dilimpahkan padanya.

dan terakhir ada seorang lelaki muda berteduh dibawah pohon rindang, pohon itu sangat menarik perhatian karena ia tumbuh ditengah padang pasir gersang.sekali-kali wajahnya dihempas angina lembut, ia terdiam dikala itu bukan diam tanpa makna, matanya mulai basah ah nampaknya iapun menangis. Detik demi detik berlalu tangisnya semakin pecah, akan timbul lagi sebuah Tanya ada apa dengannya.

Tangis itu mempengaruhi hatinya, ia teringat beberapa saat yang lalu hewan gembalaannya dicuri orang saat sedang shalat dhuhur, hewan yang dititipkan padanya dari seorang tuan. Hatinya pilu bukan karena takut akan tuannya tapi yang membuatnya sedih ia takut akan hari kiamat, di Pengadilan Allah.SWT. nanti ia takut pada Allah karena tak bisa menjalankan amanah.

Yap memang menangis adalah fitrah namun cara ampuh mendeklarasikannya adalah dengan menyesali kesalahan dan mendalam takut pada Allah,SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar