Senin, 27 Juli 2009

mengarang diteratai putih

dedaunan berjatuhan dirimbunnya semk belukar
tentu tak seindah dedaunan yang langsung mengetuk tanah
menyepak percikan kelopak tetumbuhan yang ditujunya
masihkah hati berdawai melentikkan melodi indah nafas diri
tatkala percikan itu hany sebuah gangguan
menyepak semangat juang seorang kita
memang sangat wajar keadaan itu
ada yang jtuh dan ada yang dijtuhi
tapi tariklah nafas jiwa
resapi butiran butiran serpihan retakny
renungi kita begitu lemah ketika jatuh
bahkan sangat menggangu siapa yang dituju
kita begitu tak bisa mengelak
tatkala jejatuhan itu menujui kita
bahkan sekedar terik membenarkan terkadang sangat berat
sadarilah bahwa ternyatai dawai gerak kita adalah pembangkit bukan bebatuan yang tertancap dalam di gunung menjulang yang tak sartupun badai dapat goyahkannya

namun ah...eloknya masih mengesiak
dan ternyata kita selama ini bertudung diatas karangan saja
diatas teratai putih
yang secara kasat mata dipinggir telaga, kita amat tertarik untuk berdiri beba diatas dedaunannya yang lebar dan lapang saling berpadu.dan tumbuh diatas air
begitu penat kita hingga teratai putih menjadi target karangan kosong kehidupan
semakin hasrat itu menguasai jejaring raa hingga kitapun terlupa
bahkan ternyata
dibawah lapangnya dedaunan lapang teratai ada air yang dalam dan bisa saja menenggelamkan kita
kita senakin berhasrat hingga terlupalah kita bahwa teratai putih ditengah telaga itu begitu lemah
kita hanya mengarang diatas teratai putih?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar