Jumat, 31 Juli 2009

ketika penulis merindu

emas senja begitu mengepak miniatur merah dalam hati
menyerahkan segala kekuatan pada apa yang dihasilkannya
dan saja aku pasti rindu pada sesuatu tapi ada tanya yang menari dalam benak
apakah aku sudah pantas menrindui bulan yang begitu suci padahal gerak langkah dan uraian kata masih begitu banyak bernoda
tapi aku juga ingin menyambutnya,meretas air mata bening katulusan
merasakan perasaan yang dirasakan oleh para sahabat dan ummat terdahulu
aku juga rindu tapi apa hanya bisa terlontar lewat kata saja
aku tak mungkin berbohong bahwa sungguh noda itu harus terus berusaha kuhapus
aku juga merindukan bulan yang penuh luasan rahmat dan ampunan
merasai teduhnya hati bernaung dalam dekapan malam lailatul qadar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar