Senin, 09 November 2009

tamu sastra

matanya penuh tanya,memantulkan rasa yang berbeda terhadap indera
ia berjuluk tamu
ia semakin mempertajam tatapanya
dan beberapa lama hanya mata yang saling menerka
lalu dorongan mamaliaku memaksa untuk mendekatinya
bertegur sapa dengannya
tadinya amat garing dan sangat kaku
namun setelah perbincangan panjang
dibawah sinar rembulan dan padamnya lampu
aku tertarik dengan dirinya ia menghargai karyaku
dia juga maniak sastra walau belum pernah membaca tulisannya langsung tapi aku yakin dia lebih maniak dariku
ku tunggunya karyanya de"
dan selamat datang tamu sastra
ukirlah mimpimu dikolong langit lalu hanturkan doa kepada sang pemilik mimpi, bekerjalah untuk meraihnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar