Senin, 19 Oktober 2009

mari duduk sejenak

kata sapa yang kupilih untuk menyapamu adalah sebentuk kalimat pilihan dari ratusan kata yang telah kutulis,
hay..sobat mari duduk bersama disini duduk sejenak
mari bicara, jangan bungkam begitu
aku bukan superwoman yang punya mata bionik yang dapat membaca maumu lewat matamu

hai..sobat semoga kesejahteraan selalu mengiringi perjalanan hidupmu,

ayolah duduk disini, mari kita bicarakan tentang sekat yang sempat mengganggu pandangan mata hingga niat tulus ikhlas persahabatan dan ukhwah kita tidak samar dengan keegoisan yang kita miliki.

mari kita bicara,apa-apa saja yang buats enyum tertekuk, wajah saling memaling dan raga enggan bersua,

mari sama-sama kita saling memaafkan demi kelangsungan hati jernih kita..

ayolah kawan , jauh-jauhkan bibir ini dari protes yang melukai hati dari teriakan yang sebenarnya ternyata tidak sangat perlu.

mari sama-sama menyadari ternyata yang selama ini kita permasalahkan hanya sekelumit persoalan kecil yang sebenarnya bisa kita selesaikan dengan senyuman, tutur kata lembut dan sindiran canda yang saling melapangkan.

mari sama-sama duduk dengan secangkir teh ketenangan dan koran ilmu yang luas,dengan begitu kita bisa saling membukakan hati, karena ternyata yang membuat hati kaku untuk saling memahami karena kita tak mau membuka hati dalam kejujuran diri.

terimalah kekuranganku sebagai ujian kesabaran dikala engkau tak begitu suka dengan kesabaran, tutupilah aib-aibku karena engkau takut pada Allah,SWT.

agar alur cerita kebersamaan kita ini tidak begitu sentimentel mengkspresikan wujudnya.

dari lubuk hati yang paling dalam mohon maaf lahir dan batin

14okt 2009


pernahkah kau jenuh kawan

bias cahaya tak lagi mengikut di ekor pejuangan, tapi meronta kita untuk terus mengais semakin dalam cahaya itu agar kita tak kegelapan, tapi suatu hari pernah cahaya itu sembunyi dariku mungkin berniat mengujiku seberapa tangguh aku berdiri tanpa sinarnya,
akupun tak mengerti semua menjenuhkan saat sinar itu tak ada di pengkihatan mata, hati kosong dan tiba2 saja aku menhindari segala apa yang ada, bahkan memutuskan komunikasi dengan siapapun,, garing dan tak punya semangat.... tapi aku tetap mencoba meyakinkan diri bahwa pasti cahaya itu akan datang dan kuputuskan untuk sabar menunggunya, dan benar saja pada titik puncak kejenuhan itu aku hampir menangis buta berdarah kalao saja sinar itu tak memunculkan sinarnya untukkku.
kawan.kawan maafkan aku
dan sekarang kusadar semua harus dilalui

Rabu, 14 Oktober 2009

tertawa kututupi

mungkin begitulah seharusnya seorang muslim bersikap,sabar kuat, militan, tak mudah menyerah, mau mendengarkan dan tak putus asa.cara yang paling ampuh menumpahkan segala rasa yang ada hanya pada Sang Pencipta.